Keruntuhan Byzantium
Pendahuluan
Sebelum Konstatinopel jatuh ketangan Turki Ottoman, Byzantium mulai melemah pada awal abad ke 8 M. Beberapa kelemahan tersebut disebabkan oleh konflik internal yang terjadi didalam tubuh kekaisaran Byzantium, serta munculnya kekuatan baru yaitu Islam. Perlu diketahui bahwa sejak Byzantium dipimpin oleh kaisar Basil II, sisrem militer Byzantium berubah total, sistm yag awalnya terdiri dari beberapa divisi tempur yang dapat bergerak cepat yang disebut (τάγματα) tagmata, dengan pasukan yang memiliki markas dan bersifat defensive. Selain itu hampir sebagian besar paukan tempur Byzantium terdiri dari pasukan bayaran, pasukan bayaran memiliki kelemahan yang sangat mengancam kestabilan keamanan kekaisaran Byzantium, pasukan bayaran sering kali kurang memiliki loyalitas, sehingga moral mereka gampang sekali runtuh ketika bertempur, hal ini telah dibuktikan ketika pertempuran Yarmuk, dimana pasukan Byzantium yang berjumlah 100.000 orang dapat dikalahkan oleh pasukan Muslim yang berjumlah 20.000 orang yang dipimpin oleh Khalid ibnu walid. Selain itu kekaisaran Byzantium harus mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk menyewa tentara bayaran ini, sehingga kas kekaisaran semakin berkurang.
Ketika bangsa Pengembara Hun yang berasal dari asia, berkuasa hampir di seluruh wilayah Asia, maka Byzantium harus membayar upeti yang sangat berat kepada bangsa hun. Wabah penyakit sampar (black death) yang melanda di Eropa sehingga membuat bangsa Eropa mengalami suatu kemunduran, di saat itulah orang-orang muslimbangkit dan tidak menyia-nyiakan keadaan yang kacau, ruwet yang disertai juga pertikaian antara kerajaan Kristen (Inggris dengan Perancis yang terkenal dengan perang 100 tahun, yang kemudian memunculkan pahlawan gadis kecil bernama Joan de Arc,).
Kekeacauan yang terjadi di Eropa pada waktu itu juga merupakan salah satu pengaruh mengapa konstatinopel mengalami kemunduran. Ketika perang salib 1 meletus, puluhan ribu pasukan salib yang berasal dari berbgai negara di eropa (terutama perancis dan Inggris) tiba di Konstatinopel, mereka berlaku sangat tidak sopan, dengan menjarah altar-altar hagai shopia yang berisi barang-barang berharga. Tindakan tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk rivalitas antara gereja Katolik dengan gereja Orthodok. Tindakan itu juga merupakan bukti bahwah kerajaan Byzantium tidak lagi memiliki kewibawaan, dan sangat bergantung terhadap bantuan dari Eropa.
Proses Penakhlukkan Byzantium oleh Pasukan Muslim
Abu Qubail menuturkan dari Abdullah bin Amr bin Ash, “Suatu ketika kami sedang menulis di sisi Rasulullah SAW, tiba-tiba beliau ditanya, “Mana yang terkalahkan lebih dahulu, Konstantinopel atau Romawi?” Beliau menjawab, “Kota Heraklius-lah yang akan terkalahkan lebih dulu.” Maksudnya adalah Konstantinopel.” [H.R. Ahmad, Ad-Darimi, Al-Hakim]
“Kota Konstantinopel akan jatuh ke tangan Islam. Pemimpin yang menaklukkannya adalah sebaik-baik pemimpin dan pasukan yang berada di bawah komandonya adalah sebaik-baik pasukan.” [H.R. Ahmad bin Hanbal Al-Musnad 4/335]
Pada akhir abad ke 4 M, Kekaisaran Romawi akhirnya telah terpecah menjadi dua bagian yaitu, Katholik Roma di Vatikan dan Yunani Orthodoks di Byzantium atau Constantinople yang kini menjadi Istanbul. Perpecahan tersebut sebagai akibat dari konflik gereja, meskipun dunia masih tetap mengakui keduanya sebagai pusat peradaban. Constantine The Great memilih kota di selat Bosphorus tersebut sebagai ibukota, dengan alasan strategis di batas Eropa dan Asia, baik di darat sebagai salah satu Jalur Sutera maupun di laut antara Laut Tengah dengan Laut Hitam dan dianggap sebagai titik terbaik sebagai pusat kebudayaan dunia, setidaknya pada kondisi geopolitik saat itu. Banyak alasan mengapa banyak yang mengincar kota ini untuk dikuasai, termasuk bangsa Gothik, Avars, Persia, Bulgar, Rusia, Khazar, Arab-Muslim dan Pasukan Salib meskipun misi awalnya adalah menguasai Jerusalem. Arab-Muslim terdorong ingin menguasai Byzantium tidak hanya karena nilai strategisnya, tapi juga atas kepercayaan kepada ramalan Rasulullah SAW melalui riwayat Hadits di atas. Selain itu berkali-kali kekaisaran Byzantium selalu melanggar perjanjian damai dengan arab-Muslim, sejak zaman muslim awal, yaitu pada saat Rasullullah masih ada, Kekaisaran Byzantium selalu mengancam kedudukan Orang arab Muslim.
Upaya pertama dilakukan oleh orang arab muslim dalam melakukan konstatinopel dilakukakn oleh Muawiyah bin Abu Sufyan pada tahun 668M, namun usaha tersebut gagal dan salah satu sahabat Rasulullah SAW yaitu Abu Ayyub Al-Anshari ra. gugur. Sebelum wafat Abu Ayyub sempat berwasiat, jika ia wafat ia minta untuk dimakamkan di titik terjauh, yang bisa dicapai oleh kaum muslim dalam penyerangan tersebut. Akhirnya para sahabatnya berhasil menyelinap dan memakamkan beliau persis di sisi tembok benteng Konstantinopel di wilayah selat Golden Horn.
Generasi berikutnya, baik dari Bani Umayyah dan Bani Abbasiyyah hingga Turki Utsmani. Selama 800 tahun kegagalan selalu terjadi, sehingga anak Sultan Murad II yaitu Muhammad II naik tahta di kerajaan Turki Utsmani. Pada masa pemerintahan Murad II juga gagal menaklukkan Byzantium. Sejak Sultan Murad I, Turki Utsmani dibangun dengan suatu sistem kemiliteran yang canggih, salah satunya adalah dengan dibentuknya pasukan khusus yang disebut Yanisari. Beberapa sumber juga menyebutkan, bahwa Janissary terdiri dari orang-orang Kristen Ortodok yang setia terhadap kesultanan Turki usmani. Dengan pasukan militernya Turki Utsmani menguasasi sekeliling Byzantium, sehingga Constantine merasa terancam, walaupun benteng yang melindungi kota terdiri dari dua lapis, namun seluruh kota sangat sulit untuk ditembus, Constantine pun meminta bantuan ke Roma, namun konflik gereja yang terjadi, serta adanya perpecahan dalam negara eropa sendiri tidak menelurkan banyak bala bantuan. Sehingga Constantine pun harus bertahan untuk menghadapi gempuran pasukan ottoman.
Pada hari Jumat, 6 April 1453M, Muhammad II atau disebut juga Mehmed bersama gurunya, syaikh Aaq Syamsudin, beserta tangan kanannya, Halil Pasha dan Zaghanos Pasha merencanakan penyerangan ke Byzantium dari berbagai penjuru benteng kota tersebut. Dengan berbekal 150.000 ribu pasukan dan meriam buatan Urban teknologi paling mukhtahir pada waktu itu, panjang meriam tersebut 9 meter,dan mampu menembakkan peluru seberat 600Kg sejauh 1,5 Km, hanya saja senjata ini memiliki satu kelemahan, yaitu membutuhkan waktu lebih dari 3 jam untuk kembali kepada posisi siap tembak kembali. Akhirnya sultan Muhammad II mengirim surat kepada Paleologus untuk masuk Islam atau menyerahkan penguasaan kota secara damai atau perang. Constantine dan Paleologus menjawab tetap mempertahankan kota dengan dibantu oleh Kardinal Isidor, Pangeran Orkhan dan Giovanni Giustiniani dari Genoa.
Kota Konstatinopel yang dilindungi dengan benteng sepanjang 10m tersebut memang sulit ditembus, selain di sisi luar benteng pun dilindungi oleh parit 7m. Dari sebelah barat melalui pasukan altileri harus membobol benteng dua lapis, dari arah selatan laut Marmara pasukan laut harus berhadapan dengan pelaut Genoa pimpinan Giustiniani, dan dari arah timur armada laut harus masuk ke selat sempit Golden Horn, yang sudah dilindungi dengan rantai besar hingga kapal perang ukuran kecil pun tak bisa lewat.
Berhari-hari hingga berminggu-minggu benteng Byzantium tak bisa ditembus, kalaupun runtuh serta membuat celah pasukan Constantine mampu mempertahankan celah tersebut dan dengan cepat menumpuk kembali hingga tertutup. Usaha lain pun dicoba dengan menggali terowongan di bawah benteng, cukup menimbulkan kepanikan kota, namun juga gagal. Hingga akhirnya sebuah ide yang tidak mungkin disangka, yang dilakukan hanya dalam waktu semalam. Ide tersebut ialah ketika mengetahui bahwa salah satu pertahanan yang agak lemah adalah melalui selat Golden Horn yang sudah dirantai. Ide tersebut akhirnya dilakukan, yaitu memindahkan kapal-kapal melalui darat untuk menghindari rantai penghalang yang merintangi selat tersebut, hanya dalam waktu semalam sekitar 70 buah kapal dapat ditarik oleh prajurit-prajurit Turki, sehingga bisa memasuki wilayah selat Golden Horn, untuk melancarkan serangan dari arah laut.
Pada tanggal 29 Mei, setelah sehari istirahat perang, Muhammad II kembali menyerang total, diiringi hujan dengan tiga lapis pasukan, irregular di lapis pertama, lapisan pertama ini terdiri dari pasukan yang kurang terlatih, yang memang bertujuan untuk membunuh sebanyak mungkin penjaga yang mengawal tembok benteng kota Konstatinopel, Anatolian Army di lapis kedua dan terakhir pasukan Yanisari. Giustiniani sudah menyarankan Constantine untuk mundur atau menyerah, akan tetapi Constantine tetap konsisten hingga gugur di peperangan. Kabarnya Constantine melepas baju perang kerajaannya dan bertempur bersama pasukan biasa hingga tak pernah ditemukan jasadnya. Menurut legenda, sebelum sultan masuk kedalam kota, malaikat turun dan mengubah Constantine menjadi batuan marble dan menaruhnya di bawah gerbang kota Konstatinopel, dan akan bangkit kembali pada saat kota tersebut kembali ketangan Uman nasrani. Giustiniani sendiri terluka parah, ketika harus mempertahankan selat Golden Horn, sehingga ia harus meninggalkan kota dengan pasukan Genoa-nya. Kardinal Isidor sendiri lolos dengan menyamar sebagai budak melalui Galata, dan Pangeran Orkhan gugur di peperangan. Atas kehilangan tokoh-tokoh penting tersebut, maka sisa-sisa dari pasukan Byzantiumpun terpukul moralnya, sehingga tidak lagi memiliki semangat untuk bertempur.
Konstantinopelpun akhirnya telah jatuh, penduduk kota berbondong-bondong berkumpul di Hagia Sophia, dan Sultan Muhammad II memberi perlindungan kepada semua penduduk, siapapun, baik Islam, Yahudi ataupun Kristen. Hagia Sophia pun akhirnya dijadikan masjid dan gereja-gereja lain tetap sebagaimana fungsinya bagi penganutnya.
Ketika kota tersebut jatuh ketangan Turki Ottoman toleransi tetap ditegakkan, siapa pun boleh tinggal dan mencari nafkah di kota tersebut. Hal ini seperti yang dituturkan oleh saksi sejarah.
On the third day after the fall of our city, the Sultan celebrated his victory with a great, joyful triumph. He issued a proclamation: the citizens of all ages who had managed to escape detection were to leave their hiding places throughout the city and come out into the open, as they were remain free and no question would be asked. He further declared the restoration of houses and property to those who had abandoned our city before the siege, if they returned home, they would be treated according to their rank and religion, as if nothing had changed .
Sultan kemudian membangun kembali kota, membangun sekolah –terutama sekolah untuk kepentingan administratif kota– secara gratis, siapa pun boleh belajar, tak ada perbedaan terhadap agama, membangun pasar, membangun perumahan, bahkan rumah diberikan gratis kepada para pendatang yang bersedia tinggal dan mencari nafkah di reruntuhan kota Byzantium tersebut. Hingga akhirnya kota tersebut diubah menjadi Istanbul, dan pencarian makam Abu Ayyub dilakukan hingga ditemukan dan dilestarikan. Hingga kini Hagia Sophia yang megah berubah fungsi menjadi museum yang sangat bersejarah dan dikagumi karena arsitekturnya yang begitu indah dan menawan.
Kesimpulan
Kejatuhan Byzantium ke tangan orang-orang muslim telah membuat hilangnya kekaisaran yang bergaris keturunan Romawi selama-lamanya, walaupun begitu Byzantium telah mampu bertahan selama hampir 1100 tahun. Dengan jatuhnya Byzantium maka dapat dikatakan bahwa hubungan antara benua Eropa dengan kebudayaan timur dekat telah terputus. Hal ini terjadi karena Byzantium yang berfungsi sebagai pintu gerbang menuju ke dunia timur telah jatuh. Sehingga bangsa Eropa sempat mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan perdagangan dengan bangsa-bangsa di bagian timur. Karena hampir sebagian rute perdagangan yang melewati laut telah dikuasai oleh Turki Ottoman. Dengan kata lain akhirnya bangsa Eropa terpacu semangatnya untuk mampu menembus blockade hagemoni orang-orang Turki Ottoman. Sehingga setelah Konstatinopel jatuh mereka kemudian dengan giat mengembangkan ilmu Pengetahuan dan teknologi mereka. Bangsa Eropa juga banyak menyerap ilmu pengetahuan dari timur dan menyempurnakannya, sehingga tidak lama setelah konstatinopel jatuh mereka mengalami Renaissance, suatu kebangkitan bangsa Eropa yang ditandai dengan kemajuan di berbagai aspek kehidupan, sehingga kurang dari 3 Abad atau pada awal abad ke 18, orang-orang Eropa telah mampu menyaingi dominasi orang-orang muslim, bahkan melebihi orang-orang Muslim itu sendiri.
Daftar Pustaka :
Alatas Alwi. Al Fatih : Sang penahkluk Konstatinopel. Jakarta : Zikhrul Hakim . 2005.
Al Hasyimi Abdul. Sang Penakluk. Terj. Jakarta : Akbar Media Eka Sarana. 2007.
Simons Gerald. Kelahiran Eropa. Terj. Jakarta : Tira Pustaka. 1985.
Sumber lain :
http://en.wikipedia.org/wiki/Fall_of_Constantinople
http://gbu-best.org/?p=29
http://fuad30.blog.friendster.com/2008/10/dinasti-abbasyiyyah/
http://en.wikipedia.org/wiki/Byzantine_battle_tactics
http://www.mlahanas.de/Greeks/Medieval/war/ByzantineArmy.html
http://en.wikipedia.org/wiki/Cataphract
http://en.wikipedia.org/wiki/Byzantine_army
http://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Yarmouk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar