Kamis, 21 Oktober 2010


Perkotaan merupakan pusat pemukiman dan sekaligus pusat pelayanan (jasa) terhadap penduduk kota maupun penduduk dari wilayah yang menjadi pengaruhnya, maka suatu kota akan mempunyai struktur (tata) ruang tertentu. Dengan adanya tata ruang ini tentunya dalam rangka penyesuaian terhadap fungsinya untuk pelayanan dan sekaligus kenyamanan lingkungan untuk pemukiman.
Pemukiman dalam masyarakat kota merupakan kebutuhan yang sangat penting. Pembangunan di perkotaan adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah dari setiap lapisan, baik itu lapisan atas, menengah dan bawah. Dalam suatu rencana kota atau kita amati saja dilingkungan sekitar bahwa penggunaan lahan yang terbesar akan diperlukan untuk pemukiman. Pemukiman itu sendiri mempunyai beberapa komponen penting, yaitu pertama lahan atau tanah yang digunakan untuk pemukiman. Kedua, prasaranan pemukiman, seperti jalan, saluran air bersih, saluran air kotor, jaringan listrik, telepon, dan sebagainya. Ketiga, perumahan (tempat tinggal yang dibangun). Keempat, mempunyai fasilitas umum, seperti fasilitas pendidikan, kesehatan, peribadatan, lapangan, taman, dan lain-lain.[1]
Dari keempat komponen ini memang sangat bagus bila dapat terpenuhi dalam kehidupan perkotaan. Namun, untuk memenuhi semua komponen tersebut bagi suatu kota besar bukanlah hal yang mudah. Ada saja masalah yang muncul, misalnya karena adanya tekanan urbanisasi yang melonjak begitu cepat membawa akibat terhadap pengaturan tata ruang kota yang pada umumnya kurang menguntungkan bagi masyarakat yang termarginal. Kondisi ini terutama terjadi pada suatu kota yang pola pengembangannya bersifat konsentrik atau memusat. Kondisi ini tidak hanya membuat para kaum marginal terdesak kedaerah pinggiran tetapi seringkali mereka juga harus berpuas diri dengan berbagai fasilitas publik yang minim, jauh berbeda dengan warga kota yang secara ekonomi lebih baju. Oleh Karena itu, salah satu problem terbesar suatu perkotaan adalah peruntukan ruang untuk pemukiman warga miskin.


[1] Budi D. Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999), hlm.,186.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar